PengantarHampir setiap orang takjub dengan keindahan kupu-kupu saat dia terbang dengan sayapnya yang elok. Tetapi kita akan lebih takjub lagi saat kita memperhatikan proses terjadinya “metamorphose” (perubahan bentuk) seekor kupu-kupu. Pertama-tama kupu akan bertelur, kemudian telur yang menempel di suatu daun akan berubah menjadi ulat. Setelah itu ulat menjadi besar dan memanjang. Ulat tersebut kemudian berubah menjadi kepompong (pupa atau chrysalis). Setelah beberapa lama, dari kepompong tersebut akan keluar seekor kupu-kupu yang sangat indah. Kita tidak pernah menduga dari ulat yang umumnya sangat menjijikkan bagi sebagian besar wanita dan kepompong yang buruk bentuknya suatu kelak akan berubah menjadi seekor kupu-kupu yang cantik. Sangat menarik, bahwa istilah “transfigurasi” sebenarnya berasal dari istilah “metamorfosa” yang di dalam teks Alkitab Yunani disebut dengan “metemorphethe” atau “metamorpheo”. Istilah “metemorphete” atau “transfigurasi” disaksikan oleh Alkitab dan dikenakan pada diri Tuhan Yesus. Di Mark. 9:2 disebutkan bahwa Tuhan Yesus mengajak ketiga muridNya yaitu Petrus, Yakobus dan Yohanes di sebuah gunung yang tinggi, yaitu: “Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaianNya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu” (Mark. 9:2b-3). Dalam peristiwa transfigurasi tersebut tubuh fisik Tuhan Yesus berubah secara menyeluruh. Tubuh manusiawiNya memancarkan cahaya kemuliaan Allah. Lebih dari pada itu Dia berubah rupa secara rohaniah. Tampaknya apa yang dikatakan oleh rasul Paulus tentang tubuh kebangkitan di Kor. 15:49 secara prinsipial didasarkan kepada diri Kristus yang sejak semula memiliki tubuh rohaniah, sebab dinyatakan: “Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita akan memakai rupa dari yang sorgawi”. Sehingga suatu kelak kita akan mengenakan rupa sorgawi karena Kristus berkenan mengubah kefanaan dan kehinaan diri kita dalam kemuliaanNya. Dengan demikian, panggilan umat percaya adalah hidup sesuai dengan Kristus pada saat ini agar bersama Kristus kita juga dimuliakan dalam kehidupan kekal.
Panggilan hidup yang terus menerus menyerupai Kristus menginspirasi Thomas à Kempis (1380 - 1471) sehingga dia menulis sebuah buku yang berjudul: De imitatione Christi (“The Imitation of Christ”) yang dipublikasikan pada tahun 1418 dalam bahasa Latin. Tulisan Thomas à Kempis tentang “Serupa dengan Kristus” tersebut diterima dan sangat dihargai baik oleh gereja-gereja Protestan dan gereja Roma Katolik. Bahkan John Wesley dan John Newton menyatakan bahwa kehidupan pertobatan mereka dipengaruhi oleh pemikiran Thomas à Kempis yang menguraikan makna “Serupa dengan Kristus”. Dasar pemikiran dari Thomas à Kempis sebenarnya didasarkan pada ucapan Tuhan Yesus yang menyatakan "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup" (Yoh. 8:12). Thomas à Kempis berkata: “HE WHO follows Me, walks not in darkness," says the Lord. By these words of Christ we are advised to imitate His life and habits, if we wish to be truly enlightened and free from all blindness of heart. Let our chief effort, therefore, be to study the life of Jesus Christ” (“Dengan berpegang kepada ucapan dan ajaran Tuhan Yesus tersebut kita wajib mengikuti kehidupan Kristus dan seluruh perbuatanNya, jika kita berkehendak untuk memperoleh pencerahan dan bebas dari seluruh kebutaan hati. Usaha utama kita adalah harus mempelajari kehidupan Kristus”). Bagi Thomas à Kempis, pengajaran Kristus lebih agung dari pada semua nasihat atau pengajaran para orang kudus manapun. Sehingga barangsiapa yang hidup dalam Roh Kristus akan memperoleh roti manna yang tersembunyi. Kegagalan kita untuk mendengar sabda Tuhan Yesus karena kehidupan kita tidak memiliki rohNya. Tetapi barangsiapa yang berkehendak untuk mendengar dengan sungguh-sungguh seluruh pengajaran Kristus, maka mereka akan menerapkan pola hidup Kristus dalam keseluruhan hidupnya. Namun satu hal yang pasti Thomas à Kempis juga berhasil membuktikan seluruh pemikiran “Serupa dengan Kristus” dalam kehidupan pribadinya. Itu sebabnya tulisan Thomas à Kempis mempunyai kekuatan dan pengaruh yang luar biasa bagi setiap pembacanya. Dia bukan sekedar seorang pastor dan penulis yang biasa, tetapi seseorang yang telah berubah karena hidupnya diubah oleh Kristus. Tulisannya memancarkan cahaya kemuliaan Kristus yang adalah Anak Allah.
Diteguhkan oleh 2 Nabi Besar Perjanjian LamaTidak semua murid diajak oleh Tuhan Yesus untuk melihat kemuliaanNya sebagai Anak Allah. Sebab yang diajak oleh Tuhan Yesus naik ke suatu gunung yang tinggi hanyalah Petrus, Yohanes dan Yakobus. Mereka adalah orang-orang yang termasuk “lingkaran dalam” (an inner circle) dari para murid Yesus yang berjumlah 12 orang. Melalui peristiwa transfigurasi tersebut Tuhan Yesus memperkenalkan jati-diriNya sebagai Anak Allah yang mulia sehingga seluruh tubuhNya diselubungi oleh cahaya sorgawi. Lebih tepat tubuh manusiawiNya saat peristiwa transfigurasi berubah menjadi tubuh sorgawi. Petrus, Yohanes dan Yakobus juga melihat kehadiran Musa dan Elia saat Kristus berubah rupa dalam kemuliaanNya. Bukankah Musa dan Elia adalah para nabi yang sangat terkemuka dalam kisah di Perjanjian Lama? Musa adalah satu-satunya nabi yang diperkenankan oleh Allah untuk berbicara muka dengan muka dengan Allah (Kel. 33:11), sehingga wajahNya bercahaya (Kel. 34:29). Akibatnya orang-orang Israel tidak dapat tahan saat mereka berhadapan dengan Musa, sehingga mereka meminta agar Musa menyelubungi mukanya (Kel. 34:35). Sedang nabi Elia adalah nabi yang diperkenankan oleh Allah untuk menurunkan api dari langit (I Raj. 18:36-38). Lebih dari pada itu nabi Elia adalah salah satu nabi yang tidak mengalami kematian secara fisik, tetapi bersama dengan tubuhnya dia diangkat ke sorga (II Raj. 2:11-12) sebagaimana yang pernah dialami oleh Henokh (Kej. 5:24). Dengan peristiwa pengangkatan Elia ke sorga bersama dengan tubuhnya, Allah telah mempermuliakan Elia dengan caraNya yang sangat khusus. Ini berarti dalam peristiwa transfigurasi Tuhan Yesus di atas gunung, ke-Messias-anNya sebagai Anak Allah telah diteguhkan secara sah oleh kehadiran Musa dan Elia. Bukankah hukum Taurat menyatakan bahwa suatu perkara tidak akan disangsikan jikalau telah didukung oleh 2 orang saksi? (Ul. 19:15). Bahkan melalui transfigurasi tersebut kita diingatkan pula bahwa Musa yang dikuburkan secara rahasia oleh Allah, dan Elia yang diangkat ke sorga oleh Allah pada hakikatnya mau menyatakan bahwa realitas bumi dan langit telah disatukan dalam inkarnasi dan pelayanan Kristus.
Kehadiran Musa dan Elia dalam peristiwa transfigurasi Yesus bukanlah sekedar suatu peristiwa penampakan dari roh mereka saat Yesus menyatakan kemuliaanNya, tetapi juga Musa dan Elia hadir untuk mempercakapkan sesuatu yang sangat penting dengan Yesus. Injil Markus dan Injil Matius tidak menjelaskan isi percakapan Yesus dengan Musa dan Elia. Tetapi Injil Lukas memberi penjelasan yaitu: “berbicara tentang tujuan kepergianNya yang akan digenapiNya di Yerusalem” (Luk. 9:31). Namun satu hal yang pasti Injil Matius dan Injil Markus menyatakan bahwa Tuhan Yesus mengingatkan para murid dengan sungguh-sungguh agar mereka tidak menyampaikan kepada siapapun juga sebelum Dia dibangkitkan dari antara orang mati (Mat. 17:9; Mark. 9:9). Bukankah peristiwa transfigurasi tersebut juga menunjuk kepada tubuh kebangkitan Kristus setelah Dia wafat disalibkan? Sering kita diombang-ambingkan dengan masalah tubuh kebangkitan Kristus. Masakan tubuh fisik Kristus dapat bangkit dalam kemuliaan dan kemudian dapat menembus dinding ruangan di mana para muridNya berada? Mereka menyimpulkan maka pastilah yang bangkit hanyalah roh Kristus dan bukan tubuh fisikNya. Jawaban tersebut sangat logis. Dalam peristiwa transfigurasiNya Tuhan Yesus melalui Injil Markus hendak menyatakan kepada umat bahwa tubuh kebangkitanNya kelak identik dengan tubuh kemuliaanNya sebagaimana dilihat oleh Petrus, Yohanes dan Yakobus. Ini berarti sebenarnya misteri tubuh kebangkitan Kristus sedikit banyak telah disingkapkan dalam peristiwa transfigurasiNya di atas gunung. Karena itu Allah dalam peristiwa transfigurasi Yesus juga menyatakan: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia" (Mark. 9:7). Allah bukan hanya menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah, tetapi kita juga dipanggil untuk sungguh-sungguh mau mendengarkan perkataanNya. Kita dipanggil untuk tidak meragukan keabsahan Yesus sebagai Messias dan Anak Allah yang mulia. Dasar iman yang demikian akan mempersekutukan diri kita dengan diri Tuhan Yesus. Yang mana persekutuan kita dengan Kristus tersebut juga akan mentransformasikan kehidupan kita untuk makin serupa dengan Dia. Sehingga kita bukan sekedar kagum dan terpesona dengan cahaya kemuliaan Kristus, tetapi lebih dari pada itu dalam persekutuan dengan Kristus kita makin dimampukan untuk memancarkan cahaya kemuliaan Kristus dalam kehidupan sehari-hari.
Selubung Bagi Mereka Yang Akan BinasaDalam kehidupan sehari-hari tentunya kita tidak akan pernah melihat peristiwa transfigurasi Kristus sebagaimana yang disaksikan oleh Petrus, Yohanes dan Yakobus. Tetapi kita dimungkinkan untuk melihat kemuliaan Kristus melalui berita Injil atau firman Allah yang disaksikan oleh Alkitab. Kita bersyukur pada kini berita Alkitab makin tersebar melalui berbagai macam cara, misalnya: melalui pencetakan dan penerbitan, melalui internet, televisi, radio, khotbah dan berbagai pemberitaan firman. Tetapi apakah berbagai media komunikasi tersebut secara otomatis dapat membuka mata rohani banyak orang dalam pembaharuan hidup untuk serupa dengan Kristus? Tentunya jawabannya adalah: tidak otomatis! Sebab seluruh berita Alkitab tersebut membutuhkan respon iman dari setiap orang yang mendengarnya. Bahkan kita harus senantiasa memberi respon dalam setiap aspek kehidupan dan setiap momen hidup kita agar kehidupan kita makin diubahkan untuk serupa dengan Kristus. Dengan demikian respon iman kita terhadap berita yang disampaikan oleh Alkitab haruslah senantiasa bersifat dinamis dan eksistensial. Jadi tidaklah cukup bagi kita untuk mengaku percaya kepada Kristus di suatu momen, tetapi kemudian kita lengah dan kehilangan iman di momen atau kesempatan yang lain. Bukankah kita sering bersikap lengah dan kehilangan iman di berbagai momen kehidupan kita? Bahkan tidak jarang terjadi beberapa orang anggota jemaat sampai akhir hidupnya lebih memilih untuk meninggalkan Kristus. Betapa mudahnya bagi kita tertutup oleh selubung ketidakpercayaan kepada Kristus, sehingga kita tidak mampu melihat lagi kuasa dan kemuliaanNya sebagai Anak Allah. Di II Kor. 4:3-4 rasul Paulus berkata: “Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah”.
Beberapa orang menafsirkan ucapan rasul Paulus tersebut untuk menunjuk orang-orang yang tidak percaya dan menolak Kristus selaku Tuhan dan Juru-selamatnya. Tentunya tafsiran tersebut tidaklah terlalu keliru. Sebab surat rasul Paulus kepada jemaat Korintus tersebut dilatar-belakangi oleh pengalamannya saat dia memberitakan Injil di Troas dan di Makedonia (II Kor. 2:12-13) yang mana sebagian orang mau menerima berita yang disampaikan, dan sebagian lain menolaknya (II Kor. 2:15-16). Tetapi selubung yang menutupi mata rohani sebenarnya tidak hanya terbatas kepada orang-orang yang tidak percaya kepada Kristus, tetapi juga dapat menutupi mata rohani dari orang-orang yang mengklaim dirinya sebagai umat Allah yaitu kepada mereka yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini. Bukankah dalam kehidupan sehari-hari, pikiran kita lebih banyak dibutakan oleh ilah zaman ini seperti: pola berpikir konsumerisme, sikap hidup yang hedonis (mencari kenikmatan dalam berbagai bentuk), kecenderungan yang egoistis, perasaan diri yang superior terhadap orang lain, upaya mengeksploitasi orang lain, secara sengaja mengembangkan sikap tamak, berlaku kejam dan sewenang-wenang kepada sesama. Dalam hal ini makna memiliki pikiran Kristus sering hanya diartikan manakala kita memiliki pikiran “dogmatis” tentang Kristus, tetapi kita sangat miskin memiliki pola mental yang etis sebagaimana yang telah dipancarkan oleh Kristus dalam seluruh kehidupanNya. Itu sebabnya kita sering gagal untuk mempraktekkan makna “Imitatio Christi”. Hidup kita tidak pernah mampu berubah secara kualitatif karena kita menolak untuk diubahkan oleh Kristus. Karena hati kita telah berpaling dan terbelenggu oleh kuasa ilah zaman ini, maka kehidupan kita memancarkan gambar dan rupa dari kuasa dunia walaupun secara dogmatis kita memiliki pengetahuan yang cukup kaya dan luas tentang Kristus.
Selubung yang menutupi mata rohani kita sering begitu lekat dan menyatu dengan kepribadian kita, sehingga kita sering tidak mampu bersikap obyektif dan kritis terhadap diri sendiri. Itu sebabnya yang kita kembangkan adalah mekanisme mempertahankan diri sendiri (defence of mechanism), bukan: sikap koreksi diri (self-correction). Sehingga ketika Kristus berkenan membuka selubung yang telah terkristalisasi dalam kepribadian kita, maka kepribadian kita akan dioperasi olehNya yang memungkinkan kita memperoleh pencerahan iman untuk melihat kemuliaan Kristus. Jika demikian apakah kita bersedia diterangi oleh cahaya Kristus dan memperkenankan Dia untuk membuka seluruh selubung yang menutupi mata rohani kita?
Kesetiaan Yang Berbuahkan BerkatSaat nabi Elia akan diangkat ke sorga disebutkan dia senantiasa didampingi oleh nabi Elisa. Setiap nabi Elia menyuruh Elisa tetap tinggal di suatu tempat dan tidak mengikuti dia seperti di Betel, Yerikho dan Yordan ternyata Elisa lebih memilih mengikuti nabi Elia dan tidak mau meninggalkan dia sedikitpun juga. Sikap nabi Elisa tersebut mencerminkan kesetiaan seorang murid yang tetap ingin di samping gurunya, sehingga dia berkata: "Demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau" (II Raj. 2:2, 4, 6). Inilah kelebihan dari sikap nabi Elisa, yaitu kesetiaan dan kasih yang begitu tinggi kepada nabi Elia, gurunya. Karena itu tidaklah mengherankan ketika nabi Elia mengajukan pertanyaan kepada nabi Elisa, yaitu: "Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat dari padamu" (II Raj. 2:9), nabi Elisa tidak mau meminta apapun juga selain: “Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu”. Nabi Elisa hanya mengharapkan kekuatan roh yang telah dianugerahkan Allah kepada Elia agar dia dapat menenuaikan tugasnya sebagai nabi Allah. Permintaan nabi Elisa tersebut sebenarnya merupakan pemenuhan dari perintah Allah kepada nabi Elia (I Raj. 19:16). Allah telah menunjukkan kepada nabi Elia seorang calon penggantinya yang baik dan setia, sehingga ketika nabi Elia diangkat ke sorga, Allah berkenan membuka mata Elisa untuk menyaksikannya. Itu sebabnya nabi Elisa diperkenankan untuk memperoleh kekuatan dan wibawa kenabian dari nabi Elia (bdk. II Raj. 2:10-13). Itu sebabnya dalam seluruh karya nabi Elisa kita dapat melihat betapa besar kuasa Allah dinyatakan sebagaimana Allah pernah menyertai dan memberkati nabi Elia. Demikian pula nabi Elisa diperlengkapi oleh Allah dengan berbagai kuasa mukjizat untuk menyelamatkan banyak orang yang menderita.
Apabila kesetiaan nabi Elisa dinyatakan agar dia dapat diperlengkapi dengan kuasa Allah, tidaklah demikian sikap Petrus pada saat dia menyaksikan peristiwa transfigurasi Kristus. Petrus berkata kepada Tuhan Yesus agar dia diperkenankan mendirikan 3 kemah yaitu untuk Tuhan Yesus, nabi Musa dan nabi Elia, demikian: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia” (Mark. 9:5). Petrus ingin tetap bersama dengan Kristus, nabi Musa dan Elia di atas gunung itu. Sepertinya Petrus tidak ingin turun dari gunung untuk mendampingi Kristus dalam menenuaikan tugasNya yang utama yaitu menderita dan disalibkan. Kesetiaan yang dipraktekkan oleh Petrus adalah kesetiaan yang pasif dan tetap berada dalam zona aman. Tetapi ketika dia menghadapi tekanan yang dianggap mengganggu rasa amannya, Petrus segera berubah menjadi orang yang tidak segan menyangkal Tuhan Yesus di hadapan orang banyak. Bukankah sikap kesetiaan kita kepada Tuhan Yesus seperti Petrus? Kita akan tetap setia kepada Kristus selama kita masih berada di zona aman, tetapi saat kita diperhadapkan oleh sesuatu yang sulit dan berbahaya maka kita segera berubah menjadi orang-orang yang menyangkalNya. Untuk itu kita perlu meneladani sikap nabi Elisa yang sedikitpun tidak mau meninggalkan nabi Elia sampai pada akhirnya. Sehingga ketika nabi Elia telah pergi dan diangkat ke sorga, nabi Elisa tetap melanjutkan tugas pelayanan nabi Elia dengan setia. Cahaya kemuliaan yang dipancarkan oleh Allah dalam peristiwa nabi Elia diangkat ke sorga tetap terpancar dalam seluruh pelayanan nabi Elisa.
PanggilanCahaya kemuliaan Kristus yang disaksikan oleh Alkitab dan pemberitaan firman, bahkan juga dalam berbagai peristiwa hidup sehari-hari seharusnya makin memproses diri kita untuk semakin serupa dengan Dia. Selaku umat percaya kita terpanggil senantiasa terbuka untuk “dioperasi” oleh kuasa Allah sehingga seluruh selubung yang menutupi mata rohani kita disingkapkan. Penyingkapan seluruh selubung kita akan bekerja semakin efektif, manakala kita mau meresponnya dengan sikap iman yang setia kepada Kristus. Dengan demikian mata rohaniah kita tidak lagi dibutakan oleh ilah-ilah zaman ini, tetapi diterangi oleh cahaya kemuliaan Kristus sehingga hidup kita senantiasa dapat memancarkan kemuliaanNya. Amin.lum menyadari, kita memang semua anggota Jemaat, orang-orang yang sudah diselamatkan/yang sudah menerima keselamatan dan kewajiban kita adalah Tumou Tou (menyelamatkan orang lain), saya tidak mengatakan lagi yang baru pertama kali datang dan yang tidak tercatat dalam buku keanggotaan ini sebagai anggota Jemaat Tumou Tou Jakarta, Saya hanya mengatakan “Semua yang sudah datang adalah anggota Jemaat Tumou Tou” Amin…
Begitu juga saya ingin untuk mengucapkan selamat datang kepada beberapa nama yang sering datang, saya melihat ada beberapa teman lama dari ITKA, Ibu Ani Sumual. dan saya juga mengucapkan selamat datang kepada Keluarga besar yang sudah datang sabat ini. Ada Keluarga besar Sumual ada Keluarga Besar Leman.
Pertanyaan :Pdt. M. Palar, Dr. Alvin Rantung, Ibu Stans Triwandono, Sdr. Alton Rumayar, Pdt. Noldy Sakul, Sdr. Detamor Pusung.. Siapa mereka ini??
Jawabannya :Urutan nama-nama pembicara di Tumou Tou pada Triwulan ini. memang ada beberapa adalah kawan-kawan lama, tapi mereka ini adalah urutan nama-nama pembicara di Tumou Tou Triwulan ketiga 2008.
Selama Kotbah ini hanya akan ada beberapa tampilan di layar.Judul Khotbah saya : Phidies, Pistis, Pistos
Judul ini berhubungan dengan buah dalam Galatia 5 : 22, tapi yang mana??? Mari Kita berdoa. Buah Roh! tadinya saya salah, saya pikir bahwa dalam Galatia 5:22 mengatakan adalah Buah-buah Roh, tapi setelah saya cek kembali ternyata hanya ada Buah Roh, lalu ada sembilan yang di tuliskan disitu, mestinya ada 9 buah, dan kalau di gambarkan ada satu buah dengan sembilan rasa, saya nda tau kalau saudara sudah pernah makan satu buah dengan sembilan rasa.. saya belum pernah.
Jadi maksudnya apa, terus terang saya belum mengerti sebelumnya sampai saya membaca Alkitab dalam bahasa Indonesia masa kini.
Galatia 5:22 (Alkitab Bahasa Indonesia masa kini)“Sebaliknya, kalau orang dipimpin Roh Allah, Akhirnya adalah : Mereka saling mengasihi, mereka gembira, mereka memiliki ketenangan hati, …. mereka setia.
Bandingkan dengan : “Tetapi buah Roh ialah” dengan “Sebaliknya, kalau orang dipimpin oleh Roh Allah, akhirnya adalah : …. Mereka Setia.
Kembali ke Judul kita Sabat ini, kita akan berfokus dengan Pistis. Mari kita cari tau apa itu Pistis. Pistis berasal dari kata Yunani yang artinya dalam bahasa inggris “Faithfull” atau “Faithfulness”, setia atau kesetiaan.
Mereka yang dipimpin oleh Roh Allah artinya ialah : salah satunya mereka setia, kata setia ini dalam bahasa aslinya (bahasa grika) kata yang digunakan adalah ini. Biasanya kata yang asli dalam Alkitab tidak ada kata yang sepadan dalam kata-kata modern, apakah itu bahasa Inggris juga Bahasa Indonesia, tapi mari kita fokuskan kepada arti dari Piskis itu adalah setia.
Menurut kamus umum bahasa Indonesia yang disusun oleh W. J. S. Purwadarminta, setia itu artinya tetap dan teguh hati, Patuh atau taat dan berpegang teguh atau kita sering dengar kata loyal, sama itu. Dapat diandalkan, dapat dipercaya, penuh dengan iman. Setia atau kesetiaan, dua kata ini adalah pokok penting dalam Alkitab. Kenapa? kata setia/kesetiaan muncul 56 kali dalam Perjanjian Baru, dan 96 kali dalam perjanjian lama. Didalam Alkitab (yang saya tau) kalau satu istilah/ satu kata diulang-ulang maka kata itu penting atau perlu.
Setia atau kesetiaan adalah salah satu dari artibut atau karakteristik dari Allah yang sangat ditinggikan. Mari kita baca
Ulangan 7:9“Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan”
Setia atau kesetiaan adalah karakteristik dari pada Allah, selain dari yang kita kenal “Allah itu adalah kasih, Allah itu adalah adil” dan Sabat ini kita diperkenalkan dengan karakteristik Allah yang lain bahwa “Allah itu Setia.”
Mari kita selidiki lebih lanjut, kalau kita membaca Ibrani 10:23, kita akan dapati bahwa Allah setia pada janjinya. bagaimana jadinya kalau Allah itu tidak setia pada janjinya.
Ibrani 10:23“Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.”
1 Yohanes 1:9, ALkitab mengatakan bahwa Allah itu setia dalam mengampuni, dan bukan hanya tujuh puluh kali tujuh sebagaimana Yesus katakan kepada kita, Allah Setia didalam mengampuni.
1 Yohanes 1:9“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”
1 Korintus 2:13 Alkitab mengatakan Allah setia, Ia mengijinkan pencobaan datang sesuai yang kita bisa tampung dan Dia memberikan jalan keluar. Allah setia melepaskan kita.
1 Korintus 10:13“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”
Dalam 1 Tesalonika 5:23,24, Alkitab berkata bahwa Allah setia memelihara kita.
1 Tesalonika 5:23,24 : 5:23 Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.5:24 Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya
Allah setia pada janjinya, Allah setia dalam mengampuni, Allah setia melepaskan kita, Allah setia memelihara kita sampai kedatangannya. Hebatnya lagi di dalam 2 Timotius 2:13, kita baca. Jika kita tidak setia, Dia tetap setia.
2 Timotius 2:13“jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya”
Karakteristiknya, Sifat dan atribut Allah adalah setia, walaupun kita tidak setia Dia tetap setia karna Dia tidak dapat menyangkal dirinya sendiri. Tidak heran Nabi Yeremia yang sedang meratapi Bangsa Israel, dalam Ratapan 3:22,23.
Ratapan 3:22,23 : 3:22 Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya,3:23 selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu
Ingat pada saat itu, Bangsa Israel sedang meratap. Oleh sebab itu tulisan Nabi Yeremia dikenal dengan nama Ratapan atau Ratapan Yeremia. Meskipun begitu Nabi Yeremia mencatatkan Kasih setia Tuhan, dengan Rahmatnya yang selalu baru setiap pagi.
Berapa lama Tuhan setia?
Saya ingin menyebut dua keluarga, Keluarga Laluan-Walean dan yang kedua Keluarga Wangania. Opa dan Oma Wangania. Mengapa saya menyuruh mereka berdiri? mungkin kita bisa lihat sudah berapa lama mereka berkeluarga? Keluarga Laluan sudah lebih dari 50 tahun berkeluarga sama dengan Keluarga Wangania juga sudah lebih dari 50 tahun menikah.
Yang belum sempat keusia itu perkawinannya, dan yang belum sempat ke umur itu, ingat-ingat dua keluarga ini yang selalu setia. karna mereka paling sedikit telah menjalankan sampai saat ini apa yang Tuhan inginkan untuk saling setia.
tapi kita perlu tau, berapa lama Tuhan itu setia. Yakobus 1:17 “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran”
Alkitab mengatakan Tuhan itu tidak berobah, tidak memiliki bayangan pertukaran. bahkan ayat inti kita “Akulah ALfa dan Omega” yang awal dan yang terakhir dan diantaranya tidak pernah berobah. Yang ingin saya tekankan bahwa Allah tidak pernah berobah, Yang awal dan yang terakhir. Paling sedikit untuk dunia kita Allah telah setia selama kurang lebih 6000 tahun sampai sekarang ini, dan itu tidak akan berakhir karna dia mengatakan “Akulah yang awal dan yang akhir” dan saya tidak tau kapan awalnya dan kapan akhirnya, dan selama itu Allah kita tetap setia.
Kalau Allah setia, tentunya kita perlu setia, dan tentunya kita perlu contoh. Kalau kita baca dalam Alkitab mengenai Nuh, Abraham, Yunus, Musa, Daniel kita kenal tokoh-tokoh Alkitab ini sebagai umat-umat Tuhan yang setia, yang patuh, yang berpegang teguh kepada Allah mereka, kepada kepercayaan mereka, kepada keluarga mereka.
Bagaimana dengan kita? jadi itulah upaya kita. Wahyu 2:10 mengatakan Yesus melakukan kehendak BapaNya, dan Dia setia sampai mati di kayu salib. itu sebabnya ayat ini berkata sebagai berikut :
“Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan”
Sering kali kita mengatakan “saudara ini pe setia skali” kenapa? jaraknya jauh dari gereja tetapi setiap sabat, tepat waktunya sudah ada di gereja, buka
Jumat, 20 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar